Cerita Susu Kambing dari Gunungterang

Oyos Saroso H.N.
Way Tenong, Lampung Barat


Tepuk tangan para undangan terdengar meriah di halaman rumah Suparyoto, 52, sekretaris Desa Gunungterang, Kecamatan Way Tenong, Lampung Barat,begitu segelas susu kambing langsung dihabiskan oleh Sinta Khairunisa. Setelah memberingati Hari Kartini di Pasar Rebo Gunungterang, siang itu giliran kampanye “Minum Susu Kambing” di Lampung Barat diluncurkan di halaman rumah Suparyoto.


Rumah Suparyoto dipilih sebagai tempat kampanye karena keluarga Suparyoto sejak tiga terakhir telah memelopori warga desanya untuk minum susu kambing. Dimulai dari Marti’ ah, 37, istri Suparyoto, hobi minum susu kambing juga sudah “menular” ke anak bungsu pasangan Suparoto-Marti’ah, Sinta Khairunisa. Dalam sehari Sinta, 2, bisa menghabiskan tiga gelas susu kambing.


“Sejak bisa minum dengan gelas Sinta sudah belajar minum susu kambing. Saya sendiri sudah membiasakan diri minum susu kambing sejak usia Sinta dalam kandungan berusia tiga bulan,” kata Marti’ah.




Pemda Kabupaten Lampung Barat kini sudah menetapkan Desa Gunungterang sebagai sentra ternak kambing. Pengembangan ternak kambing jenis Peranakan Etawa (PE) dilakukan warga Gunungterang sejak enam tahun terakhir.

Awalnya hanya beberapa keluarga warga yang beternak kambing. Kini lebih dari 300 kepala keluarga di Gunungterang yang memelihara kambing. Selain dari Pemda Lampung Barat, bibit kambing PE yang didatangkan dari Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah itu juga bantuan dari Heifer Internasional Indonesia.

“Dari seratusan kambing bantuan Pemda Lampung Barat kini sudah berkembang jadi 1.500 ekor, sementara bantuan yang diberikan Heifer sebanyak 120 ekor pada 2007 kini sudah 500-an ekor,” kata Suparyoto.


Selain untuk dijual dan diambil kotorannya untuk diolah jadi pupuk organik, kambing-kambing betina peliharaan penduduk kini juga diperas susunya. “Setelah sebagian besar penduduk sudah memiliki ternak kambing, sejak dua tahun terakhir kami gencar mengampanyekan minum susu kambing. Kami memberikan penyuluhan kepada penduduk desa, terutama anak-anak, bahwa minum susu sangat penting untuk kesehatan,” tambah Suparyoto.

Menurut Suparyoto, sebagian besar anak-anak di Desa Gunungterang kini sudah terbiasa minum susu kambing segar. “Awalnya mereka tidak mau minum susu kambing karena mual dan merasa jijik. Kini, warga yang memiliki ternak kambing PE sebagian besar memproduksi susu kambing. Selain untuk diminum sendiri, susu kambing itu juga dijual lewat koperasi,” kata dia.





Untuk mendapatkan susu kambing segar yang layak konsumsi, warga dibantu oleh seorang tenaga sukarelawan kesehatan hewan (Sukakeswan) belajar cara memelihara kambing. “Dari tenaga Sukakeswan itu kami tahu bahwa alas kandang harus disemen dengan kemiringan 45 derajat sehingga kotoran kambing langsung bisa terpisah dari kandang. Dengan begitu kandang selalu bersih dan susunya layak dikonsumsi,” kata Khaulan, 42, warga Gunungterang.

Rini Pahlawanti, Direktur Keluarga Pencinta Alam dan Lingkungan (Watala), mengatakan untuk menjadi sentra ternak kambing dan produsen susu kambing, warga Desa Gunungterang terlebih dulu diajari cara memelihara kambing yang baik, menangani kesehatan ternak, dan melakukan inseminasi buatan.

Menurut Rini hasil-hasil kegiatan peternakan kambing PE di Gunungterang kini sudah mulai dipasarkan, baik di pasar lokal maupun keluar daerah. Selain memanfaatkan pasar lokal, juga memanfaatkan peran multi pihak untuk membantu memperluas jaringan pasar.

“ Lima tahun ke depan kami menargetkan warga desa-desa lain di Lampung Barat juga mengembangkan ternak kambing PE sehingga semua anak di bawah lima tahun di Lampung Barat diharapkan akan bisa menikmati susu,” kata Rini.

Sejak setahun lalu susu kambing milik warga Gununterang sudah mulai dijual lewat kelompok. Sebelum dijual, susu kambing tersebut disterilisasi lebih dulu di pos kontrol yang berada di rumah Suparyoto. Hanya susu kambing yang lolos pengujian di pos kontrol yang akan dijual.

Bagi warga Gunungterang, yang terpenting bukan bisa mendapatkan uang dari hasil penjualan susu kambing. “Kalau semua anak di desa kami sudah bisa minum susu kambing, itu pun sudah cukup. Dengan begitu kebutuhan gizi masyarakat akan tercukupi sehingga pada masa mendatang akan lahir generasi cerdas dari kampung kami,” kata Masmudah, Kepala Desa Gunungterang.


Susu merupakan sumber zat gizi dengan jumlah kalori yang memadai. Satu gelas susu mengandung 146 kalori atau sepersepuluh kebutuhan kalori anak 4-6 tahun per harinya. Segelas susu juga mengandung 246 mg kalcium atau separuh dari kebutuhan kalsium per hari anak usia 4-6 tahun.***

Sumber: www.teraslampung.com

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Cerita Susu Kambing dari Gunungterang"