Meraih Kesejahteraan dengan Ternak Kambing


Meraih Kesejahteraan dengan Ternak Kambing


--
Oyos Saroso H.N.
Gunungterang, Lampung Barat
--


Pagi itu Pasar Rabu Pekon Gunungterang, Kecamatan Way Tenong, Lampung Barat lebih ramai dibandingkan hari-hari biasa. Di depan lapangan di depan pasar itu berdiri sebuah panggung berukuran 7x 10 meter. Pekon adalah nama lokal untuk menyebut desa di Lampung Barat.

Pagi itu semua warga desa kumpul di pasar. Bukan untuk berjual-beli, tetapi untuk mengikuti aneka lomba tanaman organik, peluncuran program minum susu kambing, penyerahan 76 kambing kepada 19 kepala keluarga, peresmian Balai Pelayanan Terpadu Kesehatan Ternak (Balyandu Kesnak) Swadaya, sekaligus peringatan Hari Kartini 2009.


Balai Kesehatan Ternak di Desa Gunungterang merupakan satu-satunya balai kesehatan ternak yang didirikan secara swadaya di Provinsi Lampung. Warga Desa Gunungterang merasa perlu mendirikan balai itu karena menyadari hanya dengan ternak yang sehat mereka bisa merasakan manfaatkan ekonominya. Untuk mendukung balai tersebut, beberapa tenaga sukarelawan kesehatan hewan (Sukakeswan) yang sudah terlatih siap membantu para peternak memeriksa kesehatan ternaknya.

“Kami memang sengaja menyatukan kegiatan ini dengan peringatan Hari Kartini agar semua perempuan di desa kami mau ikut terlibat. Para ibu-ibu itu juga selama ini juga membantu para suaminya menyukseskan Desa Gunungterang sebagai ‘lumbung ternak’ di Lampung Barat,” kata Masmudah, Kepala Desa Gunungterang.

Gunungterang merupakan salah satu desa di Lampung yang berhasil melaksanakan “Program Pengembangan Ekonomi dan Konservasi Masyarakat di Sekitar Hutan”. Program tersebut merupakan kegiatan bersama yang dilakukan seluruh warga desa untuk menyelamatkan hutan lewat pemberdayaan perekonomian. Caranya, antara lain dengan memelihara ternak kambing, mengembangkan pertanian organik, dan mengembangkan kebun campuran di kawasan hutan kritis Bukit Rigis yang berada di dekat desa

“Sebelum program dilaksanakan, kami melakukan musyawarah desa yang diikuti seluruh warga desa. Selain merancang program penyelamatan hutan, kami juga memetakan keluarga miskin yang ada di desa. Semua warga desa berhak menganilisis apakah keluarganya atau tetangganya termasuk keluarga miskin atau tidak. Keluarga miskin itulah yang berhak mendapatkan bantuan ternak bergulir,” kata Masmudah.

Program penyelamatan hutan Bukit Rigis yang sudah sangat kritis dilakukan sejak tahun 2000 lalu. Namun, Program Pekon baru dimulai pada 2006 lalu. Yaitu saat datang bantuan kambing sebanyak 480 ekor kambing Peranakan Etawa (PE) untuk 120 kepala keluarga di desa itu. Kambing bantuan Heifer International Indonesia itu kini sudah berkembang menjadi 516 ekor. Ditambah dengan kambing yang lebih dulu dipelihara warga berkat bantuan Pemda Kabupaten Lampung Barat, kini jumlah kambing di Desa Gunungterang mencapai 1.600 ekor.

Dengan pola bantuan bergulir, direncanakan semua warga desa bisa memiliki kambing untuk mendukung program peningkatan kesejahteraan. Ternak kambing yang dikembangkan desa berpenduduk 743 kepala keluarga itu saat ini telah menjadi salah satu sumber pendapatan keluarga petani yang wilayahnya berbatasan dengan Hutan Lindung register 45B Bukit Rigis tersebut.

Kini, hutan Bukit Rigis sudah menghijau kembali. Kelompok Tani Hijau Kembali, Kelompok Tani Rigis Jaya, Kelompok Tani Muncul Tani Jaya, dan Kelompok Tani Wana Mandiri dari Desa Gunungterang turut membantu menyelamatkan lahan kritis itu dengan mengelola kebun campur. Di dalam kebun itu para petani menanam kopi, pisang, pinang, lada, kunyit, dan sayuran. Sumber pupuk untuk tanaman itu berasal dari kompos berbahan kotoran kambing yang dibuat warga secara kelompok.

Warga Gunungterang kini telah membuktikan bahwa beternak yang mereka kembangkan
ternyata turut membantu mempercepat proses konservasi lahan kritis sekaligus meningkatkan perekonomiannya. Anak-anak di Desa Gunungterang pun kini sudah terbiasa minum susu segar yang diperah dari kambing peliharaan keluarganya.

Paryoto, sekretaris Desa Gunungterang, mengatakan sejak setahun lalu susu kambing milik warga sudah mulai dijual lewat kelompok. Sebelum dijual, susu kambing tersebut disterilisasi lebih dulu di pos kontrol. “Pos kontrol dimiliki secara bersama oleh semua peternak. Selain membantu penjualan, pos kontrol juga berfungsi untuk memberikan serfitikasi apakah susu yang dijual peternak layak dijual atau tidak,” kata Paryoto.

“Pos kontrol membeli susu kambing dari warga sebesar Rp 10 ribu/liter. Kami kemudian menjual susu itu ke warung organik dan toko-toko sebesar Rp 20 ribu. Keuntungan hasil penjualan nantinya akan dibagikan setahun sekali,” tambah Paryoto.

Difasilitasi oleh Watala (LSM lingkungan hidup di Lampung),Heifer International, dan Pemda Lampung Barat, masyarakat Desa Gunungterang makin yakin bahwa budidaya ternak kambing dan pengembangan pertanian organik yang mereka laksanakan akan menyejahterakan warga.

“Kami memiliki aturan bersama tentang cara beternak yang baik sehingga peternak benar-benar bertanggung jawab terhadap ternak yang akan dikembangkan. Kami juga membuat aturan yang berisi larangan bagi warga desa untuk menjual kambing betina yang masih produktif. Yang melanggar bisa dikucilkan dari pergaulan dan tidak bisa bergabung dengan kelompok peternak,” ujar Paryoto.

“Kini kami sedang mengupayakan untuk mendapatkan izin dari Badan Pengawasan Oba dan Makanan, Dinas Perdagangan, dan Dinas Kesehatan agar susu kambing yang kami pasarkan mendapatkan kepercayaan konsumen,” tambah Paryoto.

Sumber: www.teraslampung.com

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Meraih Kesejahteraan dengan Ternak Kambing"