Flu Burung Merebak di Gedongtataan

Radar Lampung, Saturday, 14 July 2007


Laporan Zulkarnain

BANDARLAMPUNG - Kurangnya sosialisasi penanganan flu burung (avian influenza/AI) menyebabkan penyakit yang disebarkan virus H5N1 tersebut meluas.

Sebagai contoh di Dusun Umbulpelem, Desa Kurungannyawa, Gedongtataan, Lampung Selatan. Dua pekan terakhir, ratusan ayam milik warga setempat mati mendadak.

Selama itu, tidak ada warga yang menyadari unggas miliknya terserang AI. Mereka hanya kebingungan melihat jengger ayam berwarna biru, disusul perdarahan pada kaki, lalu mati.

Sebagian warga malah membiarkan bangkai ayam tergeletak di kebun sehingga dimakan anjing peliharaan mereka. ’’Kami memang tidak tahu kalau ayam itu flu burung,’’ ujar Rais dan Kasdi, warga setempat, kemarin.

Sekretaris Desa Kurungannyawa Hairun menjelaskan, ayam-ayam yang mati mendadak bertambah banyak sejak satu minggu terakhir. ”Bahkan, hari ini pun masih ada yang mati,’’ urainya.

Ia menyesalkan kurangnya sosialisasi penyakit ini sehingga warga kurang tanggap. ’’Dua bulan lalu petugas pernah menyemprot kandang milik warga. Sayang, tidak diikuti tindakan lanjutan sehingga wabah meluas,’’ keluhnya.

Awalnya, Hairun menerima laporan dari beberapa warga. Karena curiga ayam yang mati terkena AI, ia melaporkan ke Tim Survei Cepat Pencegahan dan Penanggulangan Flu Burung Lampung Selatan, Kamis (12/7).

Atas laporan itu, tim survei langsung mendatangi lokasi. Dari hasil pemeriksaan, diketahui unggas yang mati positif terkena flu burung. Malam harinya, petugas menyuluh warga cara penanganan unggas yang mati mendadak.

’’Dilanjutkan pemusnahan 32 ayam dan 28 telur unggas milik warga RT 01 dan 02 Dusun Pelem hari ini (kemarin, Red),’’ jelas Dwi Fania, petugas survei, kemarin.

Dwi memperkirakan masih banyak ayam warga yang diduga terserang AI dan seharusnya dimusnahkan. Tapi, banyak yang masih enggan menyerahkan unggasnya kepada petugas.

Padahal, warga sebenarnya tidak perlu khawatir merugi jika unggasnya dimusnahkan. Sebab, Pemkab Lamsel pasti mengganti unggas itu. Anak ayam Rp2.500, ayam ukuran sedang Rp7.500, dan ayam dewasa Rp15 ribu.

Untuk lebih memastikan serangan penyakit AI di dusun itu, sampel darah dan kotoran unggas yang dimusnahkan tetap diambil. ”Nantinya diuji di laboratorium,” jelas drh. Anwar Fuadi, koordinator Pengendali Penyakit AI Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung.

Mengenai adanya warga yang tertular penyakit AI, petugas Puskesmas Bernung Asnawati mengatakan, sampai kemarin belum ada pasien dari dusun itu yang datang berobat dengan keluhan panas tinggi, sesak napas, dan batuk-batuk.

Untuk diketahui, kasus flu burung di Lampung paling tinggi dibanding empat provinsi lain di Pulau Sumatera. Hal itu diketahui dari hasil penelitian Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional III Lampung sejak 2004 hingga 2007.

Berdasar pengujian laboratorium BPPV Lampung 1 Januari 2006-2007, sampel darah unggas yang positif AI secara serologis (AIST) di Lampung 1.583. Meningkat 100 persen lebih dibanding periode 1 Januari-31 Desember 2005 yang berjumlah 771. (*)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Flu Burung Merebak di Gedongtataan"