“Kedelet” dan Mem-Vote”

Oleh Oyos Saroso H.N.

Racun yang disebarkan televisi ternyata tidak hanya dalam hal gaya hidup dan mode. Sihir televisi, pelan dan pasti, kini juga meracuni pemirsa dengan hujan kata-kata asing yang sulit dimengerti publik awam. Disadari atau tidak, televisi telah menyebarkan kesalahan berbahasa yang dibalut dengan kata-kata gagah.

Salah satu acara televisi yang banyak menampilkan hujan kata-kata asing adalah “Super Mama Seleb Concert” di Indosiar. Dalam acara yang ditayangkan Indosiar ini, seorang bintang televisi dan ibunya diuji kepandaiannya dalam menyanyi. Penentunya bukan empat juri atau dukungan penonton lewat layanan pesan singkat, tetapi oleh 100 juri yang diundang ke studio. Ke-100 juri itu disebut sebagai juri vote lock.

Kenapa disebut juri vote lock? Pembawa acara maupun Indosiar tidak pernah menjelaskan makna juri vote lock. Pokoknya ya 100 juri yang diberi alat yang ada tombol warna hijau dan merah. Peserta yang mendapatkan banyak pilihan dari juri lewat pencetan tombol warna hijau dianggap unggul.


Di sepanjang acara yang berlangsung sejak pukul 18.00 hingga 24.00 WIB itu, pembawa acara Eko dan Ruben sering mengucapkan kata-kata kedelet, didelet, memvote, juri vote lock, dan voter. Mungkin karena memiliki rating tinggi—kata rating bagi televisi juga sering “membius” pemasang iklan—Indosiar melanjutkan acara itu dengan “Super Star Show”.

Acara ini bentuknya mirip dengan “Super Mama Seleb Concert “. Bedanya dalam soal cara penjurian, istilah juri yang memberikan suara, jumlah juri, dan orang yang diajak sang bintang dalam menyanyi. “Super Mama Seleb Concert” memakai juri istilah vote lock, sang bintang didampingi mamanya, dan jumlah jurinya 100, sedangkan “Super Star Show” memakai istilah star voter untuk juri, jumlah jurinya 100 di studio Indosiar dan 100 di Surabaya, dan sang bintang didampingi orang terdekatnya (soulmate).

Dalam “Super Star Show”, Eko Patrio dan Ruben Onsu sering meluncur kata one man one vote (untuk menjelaskan satu orang satu suara), memvote, perfom, kedelet, didelet, star voters (untuk pemilih bintang), vote lock, soulmate, dan uji soulmate. Ketika penghitungan suara akan dimulai, Eko berkata,”Inilah vote yang diperoleh….”

Pemirsa awam tidak hanya pusing sejuta keliling karena dihujani istilah-istilah asing nan aneh di telinga mereka. Mama Suhana (ibu pelawak Yadi) dan Mama Dahlia (ibu pemain sinetron Kiki Farel) pun sering terbata-bata mengucapkan kata vote lock sehingga sering terdengar sebagai “pot-lok”.

Vote lock adalah alat bantu untuk mendapatkan data hasil penghitungan suara atau penjurian dalam suatu forum dengan kapasitas hingga 100 orang per ruang. Alat ini dirancang dengan sistem kabel tunggal. Data hasil suara dapat langsung dilihat lewat layar. Alat ini juga bisa digunakan untuk penjurian suatu kontes maupun untuk melakukan ujian TOEFL atau pilihan ganda.

Karena memakai alat vote lock itulah maka para juri disebut Eko sebagai juri vote lock. Mungkin maksudnya juri kunci atau juri penentu. Mungkin juga karena para jurinya memakai alat ini dalam menentukan pilihannya. Pertanyaannya: bukankah juri memang seorang penentu pemenang dalam sebuah lomba? Pemakaian istilah yang serampangan dan asal comot menyebabkan acara itu menjadi tontonan lucu yang seolah sengaja merusak bahasa dan menjual kebodohan.

Mungkin saja tidak semua penonton bisa berbahasa Indonesia (karena memang orang asing). Namun, saya kira, kasus “hujan” bahasa asing pada acara Indosiar itu berbeda dengan pemakaian bahasa Inggris pada sejumlah petunjuk, iklan, dan brosur hotel.

Tentu akan lebih baik kalau Eko dan Ruben memakai kata tidak lolos (dalam lomba sering disebut gugur) untuk kata delet, sehingga mereka tidak berkali-kali memakai kata didelet dan kedelet. Ketimbang kata voter, Eko lebih pas memakai kata pemilih. Kata memilih juga lebih baik dan benar daripada kata mem-vote.

“Orang-orang televisi” mungkin akan bertambah gagah jika memakai kata-kata asing. Makanya, banyak acara televisi dengan istilah asing meskipun kata dan istilah itu sudah ada padanannya dalam Bahasa Indonesia. Kata host, star, headline news, sport corner, world news pun lebih sering diucapkan ketimbang pembawa acara, bintang, berita utama, pojok olahraga, dan berita dunia. Padahal, bahasa yang dipakai dalam acara-acara televisi tetap Bahasa Indonesia, bukan Bahasa Inggris.

Ah, mungkinkah kita akan tampak lebih keren dan berkelas jika memakai “baju” milik orang lain?***

Sumber: Lampung Post, 12 Maret 2008

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

1 Response to "“Kedelet” dan Mem-Vote”"

Anonim mengatakan...

Hello. This post is likeable, and your blog is very interesting, congratulations :-). I will add in my blogroll =). If possible gives a last there on my blog, it is about the Flores Online, I hope you enjoy. The address is http://flores-on-line.blogspot.com. A hug.